5/5 - (5 votes)

Gedung Juang Bekasi atau Gedung Juang 45 dulunya merupakan Landhuis Tamboen atau sebutan untuk gedung tinggi oleh masyarakat setempat. Gedung ini dibangun oleh Kapitan China bernama Khouw Tjeng Kie, sebagai seorang tuan tanah di daerah Tambun.

Saat ini, Gedung Juang Bekasi menjadi salah satu bangunan bersejarah dengan arsitektur Indis yang lokasinya terletak di Kecamatan Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi.

Apa Itu Gedung Juang Bekasi?

Gedung Juang Bekasi

Gedung Juang 45 atau kerap disebut Gedung Juang Tambun merupakan salah satu bangunan bersejarah yang dulunya digunakan sebagai pusat tanah partikelir milik Keluarga Khouw van Tamboen.

Bangunan ini memiliki denah berbentuk persegi panjang yang menghadap ke arah timur laut – barat daya dengan ukurang panjang 29,45 m dan lebar 24,90 m.

Ragam arsitektur Indis yang digunakan merupakan kombinasi gaya Eropa dan Cina atau kerap juga disebut sebagai gaya Comprador.

Ragam arsitektur ini banyak mengalami perkembangan pada abad ke-19 sampai awal abad ke-20, dimana gaya Eropa lebih terlihat pada serambi dan ornamen seperti arched dan entablature. Sedangkan untuk gaya arsitektur Cinanya terlihat pada bagian atap dan pintu.

Gedung ini mengalami perubahan fungsi seiring berjalannya waktu sampai pada akhirnya digolongkan sebagai salah satu bangunan cagar budaya yang harus dirawat dan dilestarikan.

Selain itu, keberadaan bangunan ini juga menjadi salah satu destinasi wisata sejarah dan budaya di Bekasi.

Baca Juga : Info Stasiun Kereta Api di Bekasi.

Bagaimana Sejarah Singkat Gedung Juang Bekasi?

sejarah gedung juang bekasi

Sebagai bekas dari Landhuis Tamboen atau bangunan keluarga Khouw Tjeng Kie, bangunan ini dibangun dalam dua tahapan.

Pembangunan tahap pertama dimulai pada tahun 1906 dan berakhir pada tahun 1910. Selanjutnya untuk pembangunan tahap kedua dimulai pada tahun 1925.

Keberadaan bangunan ini dikelola secara pribadi oleh keluarga Khouw Theng Kie, sebagai sosok tuan tanah yang kaya akan kebun tebu.

Meski begitu, gedung ini juga telah banyak berperan dalam perlawanan menghadapi kolonial Belanda karena kerap digunakan sebagai tempat pertahanan pejuang yang berpusat di daerah Tambun dan Cibarusah.

Selain itu, Gedung Juang Bekasi juga pernah digunakan sebagai tempat perundingan mengenai tawara tawanan Belanda dengan para pejuang kemerdekaan.

Namun, sejak tahun 1942 kekuasaan mulai beralih tangan ke Kouw Oen Huy dikarenakan pemilik aslinya telah meninggal dunia. Tidak lama setelah itu atau memasuki masa pendudukan Jepang di Indonesia, gedung ini disita dan dijadikan sebagai markas militer Jepang.

Selanjutnya pada masa kemerdekaan, gedung ini banyak dimanfaatkan sebagai pusat komando pertahanan wilayah Republik Indonesia ketika Ibu Kota berpindah sementara di Yogyakarta.

Setelah pendudukan Jepang berakhir, Komite Nasional (KNI) menjadikan gedung ini sebagai kantor Kabupaten Jatinegara sekaligus sebagai pusat komando untuk mempertahankan kemerdekaan dari tentara NICA.

Baca Juga : Terminal Bekasi Timur.

Bagaimana Sejarah Gedung Juang Setelah Kemerdekaan?

museum gedung juang

Pada tahun 1946, ketika Jakarta menjadi daerah kekuasaan NICA, Bekasi menjadi daerah terluar yang paling dekat dengan Jakarta.

Memasuki pertengahan tahun 1947, Belanda melanggar isi dari Perjanjian Linggarjati dan kembali melakukan gencatan senjata berupa agresi militer yang pertama. Dalam periode ini, Gedung Juang Bekasi kembali dikuasai Belanda sampai tahun 1949.

Selanjutnya pada tahun 1950, pejuang Indonesia kembali lagi mengambil alih alih gedung ini sekaligus mengamankan daerah di sekitarnya. Sejak saat itu, Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bekasi mulai menempati gedung ini untuk pertama kalinya.

Setahun kemudian yakni tahun 1951, gedung ini diisi oleh Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat yakni Batalyon Kian Santang. Selain itu, beberapa kantor jawatan juga pernah memanfaatkan gedung ini seperti DPRD sementara, DPRD-GR ataupun DPRD tingkat II.

Pemanfaatan gedung tersebut mulai dilakukan sejak tahun 1960 sampai akhir tahun 1982.

Bagaimana Konsep Pembagian Bangunan dalam Gedung Juang?

Gedung Juang Bekasi

Saat ini, Gedung Juang Bekasi telah dilengkapi dengan dua bangunan bar yang difungsikan untuk menyimpan mobil pemadam kebakaran dan bangunan laboratorium miliki Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi.

Terlepas dari hal itu, Gedung Juang pada dasarnya memiliki 3 unit bangunan utama. Berikut ialah penjelasan lebih lengkapnya terkait setiap unit bangunan yang ada:

1. Bangunan Utama

Bangunan utama Gedung Juang kerap disebut sebagai Gedung Tinggi oleh masyarakat sekitar. Penyebutan gedung tersebut tentunya tidak terlepas dari kondisi bangunannya yang terdiri dari 2 lantai dengan ketinggian sekitar 15 m.

Atap bangunan utama ini berupa limas dengan puncak bubungan menyerupai pelana yang terpenggal oleh lantern atau louvre. Dalam hal ini, lantern atau louvre diartikan sebagai hasil modifikasi dari atap tumpang yang berfungsi untuk ventilasi udara dan media masuk cahaya.

Bangunan utama ini memiliki serambi-serambi dengan corak Eropa di setiap lantainya. Adapun ukuran panjang dan lebar untuk serambi di lantai satu ialah 21,62 m dengan lebar 2 m.

Lantai satu memiliki ciri khas berupa lantai dengan keramik berhias dan 5 jendela dengan ukuran yang sama dengan pintu dan jendela di lantai dua. Semua pintu dan jendela yang ada terbuat dari kayu dan dilengkapi dengan teralis besi.

Selanjutnya, untuk lantai kedua memiliki keunikan tersendiri yakni beberapa blok lantainya yang terbuat dari kaca. Sebagai penghubung lantai satu dan lantai dua, maka terdapat tangga utama penghubung yang dilapisi dengan marmer.

2. Tiga Paviliun Bangunan Utama

Tiga paviliun yang terletak di bagian kiri bangunan utama saat ini difungsikan sebagai Museum di Bekasi. Meski telah beralih fungsi, bangunan ini tetap mempertahankan tegel sebagai lantainya dengan tinggi plafon 4,2 m.

Selanjutnya, untuk bagian paviliun yang lain kini dimanfaatkan sebagai ruangan Kantor PKK Kabupaten Bekasi. Dalam ruang utama, terdapat banyak koleksi berupa foto-foto lama yang sudah dibingkai sebagai cagar budaya yang dahulu diletakkan di vitrin.

Sedangkan untuk paviliun yang berada di sisi paling kiri saat ini digunakan sebagai ruangan kantor dari berbagai jenis organisasi masyarakat yang ada di Kabupaten Bekasi.

Dalam atap paviliun ini terdapat tulisan 1910 dengan tiang penopang di setiap titik sudutnya. Bangunan paviliun dengan atap berupa angka ini menjadi bangunan yang memiliki ukurang paling kecil dibandingkan paviliun-paviliun lainnya.

3. Satu Paviliun di Sebelah Kanan Bangunan Utama

Bagian terakhir dari bangunan utama ialah satu paviliun yang berada di sebelah kanan bangunan utama. Bangunan ini memiliki penyangga berupa kanopi yang berbentuk segitiga dengan lima pintu masuk.

Saat ini, bangunan ini difungsikan sebagai ruangan organisasi masyarakat sama halnya dengan salah satu paviliun yang ada di sebelah kiri bangunan utama.

Itulah 3 unit bangunan yang ada di dalam Gedung Juang. Sebagian besar instrumen yang ada di dalamnya masih mempertahankan bentuk aslinya. Dalam hal ini, perubahan yang ada hanya terletak pada fungsi dan pemanfaatannya saja.

Setelah membaca ulasan sejarah bekasi, bagian Gedung Juang Bekasi dan pemanfaatannya, maka dapat disimpulkan bahwa fungsi gedung ini banyak mengalami perubahan seiring dengan berjalannya waktu, baik itu sebelum dan sesudah kemerdekaan ataupun saat ini.

Leave a Reply

Your email address will not be published

Verified by MonsterInsights