Gedung Juang Bekasi atau Gedung Juang 45 dulunya merupakan Landhuis Tamboen atau sebutan untuk gedung tinggi oleh masyarakat setempat. Gedung ini dibangun oleh Kapitan China bernama Khouw Tjeng Kie, sebagai seorang tuan tanah di daerah Tambun.
Saat ini, Gedung Juang Bekasi menjadi salah satu bangunan bersejarah dengan arsitektur Indis yang lokasinya terletak di Kecamatan Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi.
Apa Itu Gedung Juang Bekasi?

Gedung Juang 45 atau kerap disebut Gedung Juang Tambun merupakan salah satu bangunan bersejarah yang dulunya digunakan sebagai pusat tanah partikelir milik Keluarga Khouw van Tamboen.
Bangunan ini memiliki denah berbentuk persegi panjang yang menghadap ke arah timur laut – barat daya dengan ukurang panjang 29,45 m dan lebar 24,90 m.
Ragam arsitektur Indis yang digunakan merupakan kombinasi gaya Eropa dan Cina atau kerap juga disebut sebagai gaya Comprador.
Ragam arsitektur ini banyak mengalami perkembangan pada abad ke-19 sampai awal abad ke-20, dimana gaya Eropa lebih terlihat pada serambi dan ornamen seperti arched dan entablature. Sedangkan untuk gaya arsitektur Cinanya terlihat pada bagian atap dan pintu.
Gedung ini mengalami perubahan fungsi seiring berjalannya waktu sampai pada akhirnya digolongkan sebagai salah satu bangunan cagar budaya yang harus dirawat dan dilestarikan.
Selain itu, keberadaan bangunan ini juga menjadi salah satu destinasi wisata sejarah dan budaya di Bekasi.
Baca Juga : Info Stasiun Kereta Api di Bekasi.
Bagaimana Sejarah Singkat Gedung Juang Bekasi?

Sebagai bekas dari Landhuis Tamboen atau bangunan keluarga Khouw Tjeng Kie, bangunan ini dibangun dalam dua tahapan.
Pembangunan tahap pertama dimulai pada tahun 1906 dan berakhir pada tahun 1910. Selanjutnya untuk pembangunan tahap kedua dimulai pada tahun 1925.
Keberadaan bangunan ini dikelola secara pribadi oleh keluarga Khouw Theng Kie, sebagai sosok tuan tanah yang kaya akan kebun tebu.
Meski begitu, gedung ini juga telah banyak berperan dalam perlawanan menghadapi kolonial Belanda karena kerap digunakan sebagai tempat pertahanan pejuang yang berpusat di daerah Tambun dan Cibarusah.
Selain itu, Gedung Juang Bekasi juga pernah digunakan sebagai tempat perundingan mengenai tawara tawanan Belanda dengan para pejuang kemerdekaan.
Namun, sejak tahun 1942 kekuasaan mulai beralih tangan ke Kouw Oen Huy dikarenakan pemilik aslinya telah meninggal dunia. Tidak lama setelah itu atau memasuki masa pendudukan Jepang di Indonesia, gedung ini disita dan dijadikan sebagai markas militer Jepang.
Selanjutnya pada masa kemerdekaan, gedung ini banyak dimanfaatkan sebagai pusat komando pertahanan wilayah Republik Indonesia ketika Ibu Kota berpindah sementara di Yogyakarta.
Setelah pendudukan Jepang berakhir, Komite Nasional (KNI) menjadikan gedung ini sebagai kantor Kabupaten Jatinegara sekaligus sebagai pusat komando untuk mempertahankan kemerdekaan dari tentara NICA.
Baca Juga : Terminal Bekasi Timur.
Bagaimana Sejarah Gedung Juang Setelah Kemerdekaan?






